Cerita Sex Terbaru ABG 17 Tahun Masih Gadis - Aku dan foto sex ku – Cerita ini bisa dibilang merupakan pengalaman pribadiku. Sebuah hubungan ‘gelap’ dengan ini aku berselingkuh dengan seorang gadis bernama Jennifer. Dibilang hubungan ‘gelap’ karena aku sendiri sudah beristri dan beranak, dan aku kenal baik dengan ayah Jennifer yang juga merupakan rekan bisnisku. Tapi aku sebelumnya belum pernah ketemu Jennifer karena dia sekolah di luar kota.
Keluarga Jennifer merupakan keturunan Tionghoa yang cukup lumayan bisnisnya. Perkenalanku dengan Jennifer berawal pada saat aku menghadiri peresmian salon & butik milik Lena dimana aku terlibat dalam pembuatan sistem back-officenya, Lena adalah adik ipar Jennifer.
Wajah Jennifer terlihat mirip presenter Yuanita Kristiana tapi sedikit lebih kurus dan pendek, sedang Lena berwajah manis biasa dan badan sedikit lebih berisi dibanding Jennifer. Kami sempat ngobrol lama pada acara itu dan selanjutnya tdk pernah ketemu lagi selama kira2 sebulan. Pada suatu siang saat aku sedang hunting foto Lena menelponku supaya aku mampir ke kantornya krn ada sesuatu yg hendak dibicarakan mengenai program office-nya, dan aku pun langsung meluncur kesana menemuinya. Sesampainya di kantor Lena kami langsung membicarakan pekerjaan kami di ruangan dia. Selang beberapa saat datang Jennifer sambil membawa bungkusan. “Eh…, ada mas Anto.. Kebetulan nih, aku bawa burger.. Kita lunch sekalian yuk..” kata Jennifer. “Ah, aku sudah makan kok barusan..” jawabku basa-basi. “Gak apa2, mas.. Temenin ci Jennifer tuh, kebetulan aku ada janji sama client nih..” sahut Lena. “Oke deh kalo begitu..” jawabku.
“Kita makan di atas aja yuk, mas.. Sambil liat ruang senam yg baru..” ajal Jennifer. “Atas mau dibuat sanggar ya?” tanyaku sekenanya. “Nggak kok, mas.. Tu ci Jennifer pengen punya ruang senam pribadi aja..” sahut Lena. “Oooo, gitu..” jawabku sambil manggut2. “Udah sana ke atas temenin ci Jennifer, kelaparan tuh..!” kata Lena. “Ha..ha..ha.. Ayuk, mas..! See U Lena..!” sahut Jennifer sambil keluar ruangan diikuti aku. Kami naik ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan berukuran kira2 8X6m.
Lantainya karpet abu2 dan temboknya dilapisi bahan peredam warna hitam. Ruangan itu kosong, hanya ada satu meja kerja & laptop di pojok, sofa panjang dgn satu meja di depannya, dan lemari kecil disamping meja kerja dgn seperangkat home-theatre di atasnya. Sebuah kaca yg besar terpasang di salah satu sisi dinding, ukurannya hampir memenuhi satu sisi dindingnya. Beberapa lampu dinding tampak terpasang dan di langit2 terdapat 6 lampu sorot kecil. Indah sekali, batinku sambil melihat sekeliling ruangan. “Silahkan duduk, mas.. Aku setel musik dulu” kata Jennifer sambil menyalakan CD dan alunan piano Richard Clayderman mulai terdengar sayup. “Suka lagu2 gini mas?” kata Jennifer sambil membuka bungkusan burgernya dan menyiapkan untuk kami berdua.
“Suka.. Apalagi ndengerin sambil cari inspirasi..” jawabku sambil meletakkan tas kameraku. “Wah, suka fotografi ya..?” tanya Jennifer. “Hobi aja sih, gak buat profesi. Kalo ada yg pake sih ga nolak.. Hehehe..” jawabku sambil makan. “Hobi kalo menghasilkan kan bagus tuh..” kata Jennifer sambil ikut makan. Kami pun makan sambil ngobrol kesana- kemari, bercanda dan kadang main tebak2an. Setelah selesai makan Jennifer segera membersihkan sisa2 dan bungkus makanan kami. Mendadak dia bertanya kepadaku “Mas, aku kasih job foto mau?” “Emmm…, gimana ya? Job foto gimana? Kalo acara2 resmi atau wedding aku belum pernah sih..” jawabku ragu. “Foto aku..! Aku ingin difoto sendiri, privat..!” kata Jennifer. “Maksudnya kamu mau difoto seperti model gitu..?” tanyaku. “Iya, tapi khusus buat aku pribadi lho.. Berapa harganya, mas..?” balas Jennifer.
Wah, aku belum pernah dapat job foto model gini, batinku bingung. “Gampang soal itu deh.. Kayak sama siapa aja, lagian buat eksperimen aku juga..” jawabku sekenanya. “Bener nih..? Kalo iya, kita mulai aja..!” kata Jennifer. “Sekarang? Lokasinya mau dimana?” tanyaku. “Disini aja, kira2 bagus gak suasananya? Kalo diluar berarti harus cari lokasi dulu deh..” kata Jennifer. Aku melihat sekeliling ruangan. Tampaknya layak juga untuk foto session. Dinding, lampu ruang yg bisa diatur, suasana, semua oke sih. “Oke, bisa kok disini kalo mau..” kataku. “Siiipp…! Sebentar, aku make-up dan cari baju dulu ya..” kata Jennifer sambil keluar ruangan. Aku segera menyiapkan kamera SLR-ku dan perlengkapannya, lalu mengambil sample seting pencahayaan disitu (mirip profesional? Hahaha..!) Tak beberapa lama Jennifer masuk kembali, kali ini dia tampak lebih cantik dengan dandanannya.
Dia memakai celana jeans pendek sekali dan t-shirt besar warna putih. Pahanya yang mulus semakin kelihatan jelas dan rambutnya yang bergelombang sebahu dibiarkan terurai. Pundaknya yg putih nampak terbuka sebagian karena t-shirtnya yg lebar itu. Tidak nampak adanya tali BH membuatku semakin penasaran. Pikiranku mulai melayang kemana-mana nih.. “Kok melamun sih…? Gimana penampilanku?” kata Jennifer membuyarkan pikiranku. “eh.. mmm.. Bagus kok..” jawabku gugup. “Keliatan sexy gak, mas..?” “Sexy kok, kamu juga keliatan cakep..” jawabku polos. “Ihh… Mas Anto jangan ngeledek, ah..” “Bener kok, Mel.. You’re look so beautiful & sexy ..!” jawabku. “Kita mulai aja ya..” ajak Jennifer sambil pasang gaya. “Kita ambil sample dulu ya..” jawabku sambil mulai jepret dia beberapa kali. Setelah sepakat dengan hasilnya, kami melanjutkan sesi foto kami. Jennifer nampak luwes dalam bergaya. Dalam beberapa pose dia nampak ingin tampil sexy dengan menurunkan belahan pundaknya, membuatku makin penasaran saja. Akhirnya aku pun berkomentar juga “Yang lebih menantang dong, Mel…” “Oke…” jawab Jennifer. Kemudian dia memasukkan tangan ke dalam t-shirtnya lalu melempar sesuatu ke lantai.
Wow..! itu tadi ternyata BH tanpa talinya, Jennifer sekarang tdk pakai BH. Aku kembali melihatnya, tambah kelihatan sexy karena putingnya kelihatan menonjol dibalik t-shirtnya. “Ready..?” tanyaku. “Oke..” jawab Jennifer. Jennifer mulai berpose lagi, kali ini semakin berani. Dia mulai melorotkan t- shirtnya sehingga nyaris kelihatan payudaranya, belum posenya yg membuat laki2 bergetar. Tak berapa lama Jennifer membuka retsleting celananya sehingga CD-nya yg berwarna merah kelihatan. Dia terus bergaya dengan pose yang semakin menantang. “T-shirtnya buka aja, Mel..” kataku tanpa sadar. “Malu, ah mas..!” jawab Jennifer. “Gak apa2.. kan ini cuma buat pribadi aja…” kataku. “Malu sama mas Anto, tau..!” kata Jennifer. “Gak apa2 kok.. Kayak sama siapa aja..” jawabku semakin berani. “Oke lah..” jawab Jennifer sambil membuka t-shirtnya sambil membelakangiku. “Ok, pose gitu ya.. Muka noleh ke kamera dong..” kataku. Aku ambil gambarnya beberapa kali dalam pose itu. “Hadap samping, Mel..” kataku. Jennifer pun berpose menghadap samping dengan tangan menutupi dadanya dan wajah ke kamera.
Setelah beberapa kali jepretan, aku memintanya menghadap kamera. Jennifer pun menurut dengan tangan tetap di dada. Uuhh… Membuat semakin penasaran nih, batinku. “Jangan ditutupi dong, Mel..” kataku. Jennifer tidak menjawab tapi langsung berpose dengan berkacak pinggang. Payudaranya yang tidak terlalu besar tapi kencang dan bagus bentuknya dengan puting menantang langsung kelihatan. Aku sempat terpana melihat pemandangan itu, betul2 topless. “Udah, jangan melongo gitu mas..! Katanya suruh kelihatan..” kata Jennifer sambil tersenyum. “Ehh… i..i..iya..” jawabku gugup sambil siap untuk memotret. Kurasakan adik kecilku mulai mengeras juga. Wah, gawat nih.., batinku. Setelah beberapa jepretan kami lalu beristirahat dan Jennifer mengenakan t- shirtnya lagi. Kami melihat hasil jepretanku di kamera sambil duduk di lantai karpet. “Kurang jelas mas, kecil2 banget..” kata Jennifer. “Liat pake laptop aja, ntar aku sambungin..” jawabku. Jennifer berdiri mengambil laptop di meja, langsung aku sambung ke kamera dan aku transfer foto2 tadi.
Kami melhat hasil dari awal sambil saling berkomentar hasilnya. Sampai pada foto topless Jennifer terdiam sambil mengamati satu persatu, aku pura2 cuek aja. “Mas, foto lagi yuk..” mendadak Jennifer berkata padaku. “Oke…” jawabku. “Tapi….” kata Jennifer sambil menatapku, ada keraguan di mata dan nada bicaranya. “Kenapa, Mel..?” tanyaku. “Aku mau difoto naked, telanjang..! Tapi yang kelihatan art-nya gitu.. Kira2 gimana, mas..?” jawab Jennifer. Aku sempat kaget, bingung, dan mungkin girang campur aduk jadi satu. “Eeee… bisa kok.. Lagian kamu punya tubuh yang bagus, pasti ntar keliatan indah hasilnya..” jawabku sekenanya. “Ah.. Mulai tuh gombalnya…” kata Jennifer tersipu. “Suer… Bener kok.. Kamu cakep, punya body bagus, mulus.. Kurang apalagi coba..?” kataku sambil berharap mudah2an dia jadi difoto. “Oke lah… Ayuk, kita mulai..” kata Jennifer sambli berdiri. Yess..!! Aku bersorak dalam hati. Jennifer mulai melepas t-shirt, celana pendeknya, lalu CD-nya sambil membelakangiku.
Aku langsung mengambil gambarnya dari posisi belakang sambil mengarahkan gayanya. Jennifer menurut saja dengan arahanku dari mulai menghadap samping sampai ke kamera tapi dengan pose tangan tetap menutupi dada dan bagian bawahnya. Jennifer nampak enjoy dengan posenya yg semakin berani. Adik kecilku kembali terasa tegang, tapi tidak kuhiraukan karena asyik memotret. “Open semua aja, Mel.. Nanggung..” kataku nekat. Jennifer kembali tersenyum dan perlahan melepas kedua tangannya dari dada dan bawahnya. Wow..! Perfect..! Body Jennifer proporsional walaupun bisa dibilang agak kurus. Payudaranya tidak terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantatnya pun sedang, jembinya kelihatan tipis dan rapi. Aku masih tertegun melihat pemandangan itu ketika Jennifer berkata “Tuh, kan.. Malah melongo.. terusin gak nih..?!” “i..i..iya.. Terusin.. Habisnya kamu perfect, Mel..” jawabku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu kami mulai lagi sesi pemotretannya.
Kali ini Jennifer benar2 pose telanjang. Dia nampak enjoy dengan posenya, bahkan semakin lama semakin berani dan menantang. Kulihat sekilas dia merasa horny juga. Aku pun jadi semakin berani mengambil gambar bagian2 vitalnya dari dekat dan berbagai posisi. Adik kecilku terasa semakin berontak tapi aku tak peduli sambil terus mengambil gambar Jennifer. Setelah berapa puluh jepretan kami pun kembali istirahat duduk di lantai sambil melihat hasil sesi kami. Kali ini Jennifer tidak langsung mengenakan bajunya, dia hanya menutup dadanya dengan t- shirtnya. Aku disampingnya dengan perasaan tidak karuan. Bagaimana tidak? Ada mahluk manis dan sempurna telanjang bulat disebelahku! Satu persatu dia mengamati fotonya di laptop dengan serius, seakan sedang menilai bentuk tubuhnya sendiri. “Sempurna, Mel..” kataku tanpa sengaja terlepas. “Ah, mas bisa aja.. Biasa aja kaleee..” kata Jennifer sambil mencubit pahaku. “Yakin, Mel.. Ga bohong kok..” jawabku.
“iihhhhh, genit ah..!!” kata Jennifer merajuk sambil memukuli pahaku. “Kamu tuh yg jadi genit kalo gini.. Cewek genit kan sukanya gitu..” jawabku. “Tuhhhh kan… Malah ngeledek, awas lho..” Kata Jennifer sambil memukuli pundakku dengan tangan satu karena satunya memegangi t-shirt di dadanya. Aku tertawa sambil memegang tangan yg memukuliku. Tanpa sadar tangan satunya berusaha memukulku juga sehingga t- shirtnya terlepas, aku langsung terdiam melihat payudaranya. Melihatku terdiam Jennifer langsung sadar dan segera melepas tangannya dan menutupi dadanya sambil tersipu melihatku.Aku menatap wajahnya yg tersipu itu, Jennifer nampaknya jadi salah tingkah dan terdiam menatapku juga. Perlahan aku memegang kedua tangan yg menutupi dadanya lalu kulepas dari dadanya. Jennifer diam saja sambil kami bertatapan tapi wajah kami semakin mendekat entah siapa yg duluan. Lalu kukecup bibir tipisnya, dia diam saja sambil memejamkan matanya. Kali ini kucium bibirnya dan dia mulai membalas ciumanku, akhirnya bibir kami saling bertaut. Tak berapa lama Jennifer melepas tangannya dari peganganku dan langsung memeluk leher serta kepalaku.
Ciuman bibirnya bertambah ganas, nafasnya pun jadi semakin cepat. Hmmm.. Jennifer mulai naik nih.., batinku. kami pun saling berpelukan sambil saling bermain mulut dan lidah. Tanganku perlahan mulai gerilya di dada Jennifer. Kuraba dan kuelus payudaranya sambil sesekali memainkan putingnya, kadang kuremas perlahan. Jennifer semakin ganas menciumku dan semakin erat memelukku. Kemudian perlahan kurebahkan tubuhnya di lantai karpet sambil kami tetap saling berpagut. Dengan posisi Jennifer yang rebah semakin memudahkan tanganku untuk menjelajahi tubuh mulusnya. Sambil terus berpagut bibir tanganku mulai memainkan payudaranya, kanan kiri bergantian. Kuremas perlahan dan kumainkan putingnya yg makin mengeras. Lalu kulepas bibirku kemudian mulut dan lidahku mulai menjelajahi leher Jennifer, setelah puas terus turun ke arah payudaranya. Kukecup, jilat dan hisap payudara Jennifer satu persatu sementara tanganku mulai menjelajah ke selangkangan Jennifer.
Jennifer mulai mendesah dan menggeliat merasakan naik birahinya ketika tanganku menyentuh pintu meqinya. Aku terus mempermainkan payudara Jennifer dgn mulutku sementara jariku memainkan pintu meqinya. Jennifer semakin menggelinjang sambil mendesah-desah dgn mata tertutup menikmati permainan ini. Kemudian perlahan kuarahkan lidahku turun ke arah perut Jennifer, kujelajahi bagian perutnya dengan lidah dan mulut sampai akhirnya berhenti di dekat meqinya. Lalu aku beranjak dan duduk di depan selangkangan Jennifer dan segera kubuka lebar kedua kakinya. Kujilati mulut meqinya yg mulai basah perlahan sambil sesekali kumasukkan lidahlu kedalam lubangnya. Ternyata meqi Jennifer tidak berbau sama sekali dan dia sepertinya sudah bukan perawan, membuat aku semakin asik memainkannya. Jennifer semakin menggelinjang sambil memegang kepalaku, mulutnya terus mengeluarkan desahan2 kenikmatan “oooohhhh… aaahhhhh.. Masss… uuuuhhh….” Aku terus memainkan lidahku di meqi Jennifer yang semakin basah oleh cairannya. Tak berapa lama dia menggelinjang hebat dan meqinya tampak semakin membanjir oleh cairannya dan desahannya semakin bertambah keras “aaaahhhh…! uuuuuhhh…massss…! Terusssss….! ooooouuughhhh…!!” Rupanya dia sudah orgasme oleh lidahku.
Seketika itu juga aku teringat pintu sudah dikunci atau belum, kuatirnya ada orang mendengar dan masuk. Aku menghentikan aktivitasku dan bermaksud mengunci pintu. Jennifer ikut bangun menatapku dan berkata dengan nada protes, “Kok berhenti sih.. Kenapa..?!” “Pintu udah dikunci belum tuh?” “Udah.. Tadi aku kunci kok..” “Mel, aku mau nanya sesuatu boleh?” tanyaku pelan, aku ingin yakin dia masih perawan ato tidak. Kalo masih, aku gak mau nerusin ini. Aku gak mau merusak dia juga. “Nanya apa, mas..?” sahut Jennifer sambil memegang tanganku. “eemmmm.. Kamu masih virgin gak?” “Emang kenapa mas? Bedanya apa?” “Aku gak mau merusak kamu kalo kamu masih virgin, Mel…” jawabku. “Aku udah gak virgin kok.. Tenang aja..” kata Jennifer sambil mulai menciumi leherku dan tangannya mulai membuka kancing bajuku. Aku diam saja menikmati cumbuan Jennifer disekitar leherku sementara bajuku sudah mulai terlepas semua.
Jennifer terus turun ke dadaku dan mulai menghisap putingku sambil kuelus pelan rambutnya yg harum, semakin membuatku sangat ingin ‘meng- eksekusi’ dia. Perlahan Jennifer mendorongku hingga rebah dilantai sambil mulutnya terus mencium dan menjilati dadaku serta tangannya mulai meraba kedalam celanaku, setelah tangannya medapatkan kontolku langsung dipegangnya dan dipijit-pijit lembut. Kemudian Jennifer mulai membuka retsleting celanaku, tampak ujung kontolku menyembul dari balik CD-ku. Tak berhenti sampai situ Jennifer segera melorotkan celana dan CD- ku, aku pun langsung membantu melepasnya. Sejenak Jennifer menatap kontolku yg sudah berdiri tegak dan keras dgn pandangan yg tak kumengerti. Ukurannya sih biasa, gak gede2 amat, tapi mengacung dgn sangat keras. Perlahan Jennifer mulai mengelus kontolku, kemudian menjilatinya dengan lembut, sangat nikmat sekali jilatannya. Lalu Jennifer mulai memasukkan kontolku ke mulutnya memulai prosesi BJ-nya.
Serasa sekujur tubuhku seperti kesetrum sampai ubun2 menikmati BJ Jennifer, perlahan tapi pasti mulutnya maju-mundur mengulum kontolku sambil sesekali dijilati dan dikocok pelan kontolku. “oohhh, Mel… Kamu hebat, sayang…” kataku disela-sela desahanku menikmati BJ-nya. Lalu kuraih dan kuangkat tubuh Jennifer yg sedang mem-BJ-ku naik ke atas tubuhku hingga posisi kami jadi 69, posisi favoritku. Meqi Jennifer kini tepat di wajahku dan segera kujilati, Jennifer kembali menggelinjang diatas tubuhku. Semakin kerap aku memainkan meqinya dengan lidahku Jennifer semakin ganas dalam BJ-nya, mungkin disebabkan karena birahinya yg semakin tinggi.
Cukup lama kami dalam posisi itu hingga akhirnya Jennifer kembali menggelinjang keras sambil melenguh panjang dan meqinya bertambah basah menandakan dia mengalami orgasme lagi. Kontolku yg sedang di BJ Jennifer pun semakin merasakan sesuatu yg akan keluar tapi aku masih berusaha menahannya, akhirnya kuhentikan aktivitasku dan berguling kesamping menurunkan tubuh Jennifer. Kini dia tergeletak pasrah di lantai, semakin membuatku ingin segera menerkamnya. Aku merebahkan diri disampingnya dan kembali menjilati putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Tangan Jennifer meraih kontolku lalu meremas dan mengocoknya. Tak lama kemudian Jennifer menarik tubuhku untuk menindihnya, rupanya dia sudah ingin dieksekusi tapi malu untuk mengatakannya.
Aku pun segera menindihnya tapi tak kumasukkan kontolku ke meqinya sambil kutatap Jennifer, tampak pandangannya seperti sedang mengharapkan sesuatu. Kuciumi leher Jennifer sambil menusuk-nusukkan kontolku ke permukaan meqinya, sengaja tidak kumasukkan dulu supaya dia tambah penasaran. Rupanya Jennifer sudah tidak tahan, kakinya semakin lebar mengangkang membuka jalan untukku. Perlahan kugenjot pinggangku dan masukkan kontolku ke meqinya secara bertahap. Jennifer memelukku erat ketika perlahan meqinya dimasuki kontolku. Meqi Jennifer terasa agak sempit tapi enak sekali rasanya. Akhirnya kutekan penuh pinggangku sehingga kontolku masuk semua ke meqinya. “auuhh..mas..aaaahhhh..!!” desah Jennifer sambil mempererat pelukannya.
Aku mulai menggenjotnya perlahan, lalu tambah cepat, lalu pelan lagi, terus menerus. Jennifer nampak merem-melek sambil terus mendesah menikmati genjotanku. Setelah bosan posisi itu aku segera bangkit dan kucabut kontolku lalu kutekuk kaki Jennifer keatas. Kemudian sambil jongkok kumasukkan kontolku lagi dan kembali kugenjot. “ooowhhh…punyamu keras sekali masss… aaahhh…aku suka…uuuhh..” kata Jennifer disela desahannya. “Punyamu juga enak, Mel..” jawabku sambil terus menggenjotnya. Payudara Jennifer bergerak naik-turun seiring genjotanku, segra kuraih keduanya dan kuremas-remas perlahan. Jennifer jadi semakin terangsang dan mendesah-desah tak karuan. Beberapa lama kemudian kucabut kontolku dan membalikkan badan Jennifer supaya nungging. “Jangan lewat pantat, mas… Gak mau..” kata Jennifer kuatir. “Gak, Mel.. Tenang aja..” jawabku. Segera kumasukkan kontolku lagi ke meqinya setelah Jennifer dalam posisi nungging langsung amblas ke dalam, Jennifer melenguh panjang “uuuuuugghhhh…masssshh.. “. Segera kugenjot Jennifer dalam posisi doggy, dia tambah mendesah-desah tak karuan. Rupanya posisi ini memberikan sensasi yg hebat buat dia. Benar saja, tak sampai 5 menit dia mengalami orgasme lagi sampai wajahnya tertelungkup ke lantai.
Posisi seperti ini membuat dia jadi lebih tinggi nunggingnya. Aku pun berhenti dan berdiri. Kumasukkan lagi kontolku ke meqi Jennifer yg sedang nungging. Bleeesss….. Langsung kugenjot lagi dengan irama biasa dan lama2 menjadi cepat. Jennifer kembali mendesah-desah tak karuan. Dia nampaknya pasrah mau dibuat seperti apa. Setelah puas kulepas kontolku lalu kubaringkan Jennifer lagi di lantai. Kutindih dia lagi dgn posisi misionaris. Kembali kuhujamkan kontolku kedalm meqinya. Langsung kugenjot cepat karena aku sudah tidak tahan ingin segera menyemburkan maniku. Jennifer rupanya paham dengan maksudku, kakinya segera melingkar di pinggangku dengan erat. Rasanya semakin enak sekali meqi Jennifer. Terus kupercepat genjotanku sambil berbisik ke Jennifer, “Keluarin diluar atau dalam, Mel..?” “Terserah, mas…aku gak peduli, ah..” jawab Jennifer disela-sela deshan nafasnya yg memburu.
Pikiranku sempat bimbang juga, aku gak mau kalo Jennifer sampai hamil juga. Bisa panjang sekali nanti urusannya, pikirku. Lalu kulepaskan lilitan kaki Jennifer di pinggangku dan kunaikkan ke depan dadanya, terus kugenjot lagi dia dengan cepat. Jennifer semakin hebat menggelinjangnya menandakan dia hampir sampai orgasme. Semakin kupercepat genjotanku karena kurasakan sesuatu akan segera menyembur. “Massss…massss…uuuhhh…aa agghh..uuuhhhhhhhh.. .maassss…!!!” Jennifer memekik tanda dia sudah orgasme lagi. Kupercepat lagi genjotanku sampai terasa klimak. Sebelum laharku menyembur, kulepas kontolku dari meqi Jennifer dan beringsut ke atas badan Jennifer. Aku sudah tidak tahan, akhirnya.. “aaaahhhh… Mel…aku keluarrrr…!!” dan.. Crot..crot..crot..crot.. Beberapa kali aku menyemburkan maniku di dada dan wajah Jennifer. Dia tidak menolak sama sekali, bahkan ikut mengocok kontolku dan itu membuatku semakin kegelian.
Tak lama kemudian Jennifer meraih t- shirtnya dan membersihkan cairan maniku di wajah dan dadanya. Aku pun berbaring di sisinya. Lalu Jennifer memelukku sambil berkata, “Terima kasih ya mas, pengalaman ini indah sekali…” “Sama-sama, Mel… Kamu suka..?” “Ehhmmmm…, baru kali ini aku merasakan seperti ini. Dulu sama mantanku gak kayak gini. Payah dia, cuma mau enaknya sendiri..” sungut Jennifer. Setelah ngobrol2 sejenak sambil berbaring di lantai kami pun segera mengenakan baju dan aku juga berkemas bersiap2 untuk pulang. Sebelum membuka pintu Jennifer memegang tanganku dan memberikan ciuman di pipiku, baru kami keluar dan turun. Di bawah nampak Lena sedang berdiri di depan kantornya. Dia agak terkejut melihat kami berdua.
“Lho, dari mana aja kalian dari tadi..?” tanya Lena. Aku baru ingat ternyata tadi cukup lama juga aku dengan Jennifer. Makan + ngobrol kira2 1 jam-an, sesi foto 1,5 jam- an, sesi ‘bercinta’ hampi 1 jam-an, istirahat 30 menitan, kira-kira 4 jam lebih! “Dari atas lah…emang mau dari mana lagi..” jawab Jennifer. Kulirik Jennifer nampak dia mengerlingkan sebelah mata ke Lena dan kulihat raut Lena jadi berubah agak melongo dan bertanya-tanya. Wah, jangan2 Jennifer nanti cerita ke Lena tentang peristiwa tadi. Tapi kubuang pikiran itu dan segera berpamitan pada mereka berdua. Aku pun pulang dengan perasaan puas sekali. Hunting foto yang akhirnya dapat obyek bagus + bonusnya. Sejak itu Jennifer kadang kontak kalau sedang ingin ditemani, entah untuk teman ngobrol atau ‘yang lain’. Sekian cerita pornoku dan khusus untuk 17th keatas.
0 comments:
Post a Comment