Keperawanan Bukan Sekedar Keutuhan Selaput Dara-Dalam penjelasan sederhana keperawanan diartikan dengan keutuhan kondisi selaput dara (hymen) yang merupakan lipatan membran yang menutup sebagian luar vagina. Pada kenyataannya tidak sesederhana ini keperawanan dibahas. Urusan selaput tipis milik wanita yang jika ditilik lebih lanjut sebenarnya tidak memiliki fungsi apa apa selain mengeluarkan darah ketika sobek, selalu saja menjadi sangat panjang dan penuh polemik ketika dibahas.
Survey yang dilakukan seputaran keperawanan selalu menarik perhatian masyarakat luas, meskipun ketika ditanya lebih lanjut, apa relevansi hasil survey dengan kehidupan nyata, maka jawaban yang didapat selalu tidak jelas, variatif dan menjadi sangat subjektif tergantung dari sudut mana keperawanan ditinjau.
Pendidikan seks yang di dapat dari sekolah maupun dari orang tua biasanya hanya menekankan pada betapa pentingnya menjaga keperawanan bagi seorang wanita, agar milik yang “berharga” ini kelak menjadi hadiah yang sangat spesial untuk suami tercinta ketika menikah nanti.
Ini pandangan penulis mengenai keperawanan : Harga diri wanita tidak diukur dari utuhnya selaput dara, namun menjaga keperawan adalah salah satu cara penting yang menunjukkan bagaimana wanita menghargai dirinya sendirinya.
Keperawanan bukan komoditi. Keperawanan bukan menjadi sesuatu yang diumbar dan dipatok nilai jualnya untuk kemudian menukarnya dengan pinangan seorang pria. Betapa rendahnya nilai wanita jika ukuran keperawanan hanya diartikan seminim itu.
Selaput dara yang terletak di dalam organ intim wanita itu menunjukkan dengan jelas bahwa itu adalah hak milik wanita. Hendak diberikan kepada siapa, dan kapan diberikan atau diapakan, sejatinya menjadi hak sepenuhnya sang pemilik.
Wawasan bahwa keperawanan merupakan sesuatu hal yang dapat memuaskan lelaki hanya karena pria merasa menjadi “tangan pertama” sunguh melecehkan harga diri wanita. Wanita seharusnya menjaga apa yang menjadi miliknya karena dia menghargai dirinya sendiri. Kemudian milik yang “berharga” itu diberikan kepada suaminya pada waktu yang tepat, maka itu adalah efek samping yang indah dan tentu dengan suka cita diterima oleh sang “penerima”.
Menurut pandangan penulis, hanya dengan menanamkan pengertian yang benar tentang keperawanan, maka seks bebas dan pandangan keliru mengenai “nilai” selaput dara ini dapat diminimalkan. Menanamkan pentingnya “mengharga diri sendiri “ dan pemahaman bahwa segala tindakan diperlukan tanggung jawab, maka pada dasar itulah wanita membentuk konsep yang baik dan benar mengenai seksualitasnya.
Bahwa penghargaan orang lain terhadap diri kita , selalu berbanding lurus dengan berapa besarnya kita menghargai diri sendiri.
Kepada para wanita, khususnya adik adik saya yang belum menikah, saya hanya akan mengatakan bahwa hargai diri kalian karena memang kalian berharga. Lengkapi diri dengan pendidikan dan ilmu semaksimal mungkin. Dalami ajaran agama masing masing dengan selalu berprinsip bahwa Tuhan itu baik bagi semua manusia, dan lewat ajaran agama yang benar, maka kita memiliki penerangan dalam kegelapan, memiliki kompas ketika tersesat, memiliki harapan dan jalan keluar ketika kesulitan hidup terasa begitu menekan.
Ketika wanita menyadari betapa berharga dirinya, dan mampu mencintai dirinya sebagai bentuk penghargaan dan rasa syukur kepada Tuhan dan orang tua yang sudah menjadikan dan membesarkan, maka secara otomatis wanita akan menjaga dirinya secara fisik dan mental sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam perilaku “menghargai diri sendiri” yang berkesinambungan.
Ketika keperawanan dinilai hanya sebatas selaput dara yang bisa dikoreksi dan dibetulkan kembali kepada bentuk fisiknya seperti semula denga tujuan meningkatkan “nilai jual” dan untuk memuaskan pria karena merasa menjadi “tangan pertama”, maka pada titik itulah sebenarnya keperawanan tidak memiliki nilai, namun menjadi “komoditi” yang bisa diperjual belikan.
Wanita yang menghormati dan menghargai dirinya sendiri, akan sangat memahami kepada siapa rasa hormat dan penghargaan itu layak diberikan.
Pria yang menghargai dan menghormati wanita, tidak akan pernah menilai wanita dari satu sudut pandang yang sempit, dan menuntut sesuatu yang berharga hanya untuk memuaskan egonya menjadi laki laki tangan pertama.
Ketika wanita memberikan sesuatu yang sangat dihargai dan dijaga kepada pria yang penuh penghargaan dan berintegritas tinggi , maka disitulah keperawanan itu bermetamoforsa menjadi sesuatu yang indah dan tak ternilai yang memang hanya pantas diberikan kepada penerima yang pantas.
0 comments:
Post a Comment